Kamis, 17 Oktober 2013

Blood Gas Analyzer



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Analisis gas darah sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam-basa spesifik pada tingkat kompensasi yang telah terjadi, meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan specimen dari darah arterial.. Jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh suatu sampel vena campuran dapat juga digunakan.
Pemahaman yang mendalam tentang fiaologi asam basa memiliki peran yang sama pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada pasien-pasien kritis. Telah banyak perkembangan dalam pemahaman fisiologi asam basa, baik dalam suatu larutan maupun dlam tubuh manusia. Pendekatan tradisional dalam menganalisa kelainana asam basa adalah dengan menitikberatkan pada rasio antara bikarbonat dan karbondioksida, namun cara tersebut memiliki beberapa kelemahan. Saat ini terdapat pendekatan yang sudah diterima yaitu dengan pendekatan Stewart, dimana pH dapat dipengaruhi secara independent oleh tiga factor, yaitu strong ion difference (SID), tekanan parsial CO2, dan total konsentrasi asam lemah yang terkandung dalam plasma.
Kelainan asama basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-pasien kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak dapat memberikan gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan dengan metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan metode sederhana untuk membantu dokter dalam menyimpulkan outcome pasien.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun Permasalahan yang dibahas dalam makalah Blood Gas Analyzer atau analisa gas darah adalah:
1.      Apa saja yang dimaksud dengan dari Blood Gas Analyzer ?
2.      Bagaimana cara kerja pada Blood Gas Analyzer?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan dari Blood Gas Analyzer?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Blood Gas Analyzer
2.      Untuk mengetahui cara kerja Blood Gas Analyzer
3.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Blood Gas Analyzer


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Blood Gas Analyzer
2.1.1        Definisi
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat.
Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis.
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tida dapat diperoleh suatu sampel vena campuran dapat digunakan.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.



Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1.    Mekanisme dapar kimia
2.    Mekansime  pernafasan.
3.    mekanisme ginjal .
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
1.    Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
2.    Sistem dapar fosfat
3.    Sistem dapar protein
4.    Sistem dapar hemoglobin
Mekanismenya terdiri dari:
1.      Mekanisme pernafasan
2.      Mekanisme ginjal
3.       Reabsorpsi  ion HCO3-
4.      Asidifikasi dari garam-garam dapar
5.      Sekresi ammonia
2.1.2        Gangguan Asam Basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO2  (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45  disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
1.      Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
2.      Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
3.      Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4.      Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5.      Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6.      Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7.      Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
8.      Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
9.      Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
10.  Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.  
2.1.3        Tujuan
Tujuan dari analisa gas darah ada 3, yaitu :
1.    Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2.    Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3.    Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh 
2.1.4        Indikasi
Indikasi dari pasien yang harus melakukan analisa gas darah yaitu :
1.    Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
2.    Pasien dengan edema pulmo .
3.    Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
4.    Infark miokard
5.    Pneumonia
6.    Klien syok
7.    Post pembedahan coronary arteri baypass.
8.    Resusitasi cardiac arrest
9.    Klien dengan perubahan status respiratori
10.     Anestesi yang terlalu lama.

2.1.5        Faktor yang mempengaruhi Pemeriksaan BGA
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA:
1.                            Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2.      Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3.      Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
11.Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
2.1.6        Komplikasi
1.           Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
2.           Perdarahan
3.           Cidera syaraf
4.           Spasme arteri
2.2      Cara Kerja
2.2.1 Pre Instumentasi
1. Persiapan Pasien
a.    Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b.    Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c.    Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
2. Bahan Pemeriksaan ; darah, serum, plasma
3. Parameter :
a. Blood Gas Parameters : pH, PCO2, PO2
b. Electrolyte Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl–), Calcium (Ca2+)
c. Hematocrit (Hct)
4. Persiapan Sampel
a. Lakukan pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat dilakukan pada:
1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
b. Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
c. Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus
d. Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
e. Pengecekan BGA dan reagen
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
1.      Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
2.      Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
3.      Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
4.      Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
2.2.2 Analisis
a. Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog (420).
b. Bagian-bagian BGA
Barcode
 
Tempat Sampel
 
Display
 
http://img.medicalexpo.com/images_me/photo-g/veterinary-blood-gas-electrolyte-analyzer-78812-4099551.jpg
http://www.heska.com/Images/Lab-Systems/VP_threeeasysteps.jpg 
Tempat Sampel
http://www.heska.com/Images/Lab-Systems/VP_threeeasysteps.jpg
Tampilan ID pasien
http://www.heska.com/Images/Lab-Systems/VP_threeeasysteps.jpg
Tampilan Menu
d.   Cara Kerja
1.      Nyalakan power ON
2.      Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3.      Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4.      Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.
Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
a.       Syringe
Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya.
b.      Tabung Koleksi Heparin
Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau
DRI-CHEM ® 7000
yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.
c.       Tabung Kapilari
Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 uL.
5.      Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
6.      Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui printer.

e.    Quality Control
Quality control digunakan untuk menjamin kualitas instrument sehari-hari guna menjaga akurasi dan realibilitas hasil pasien melalui tes kontrol eksternal dengan mengetahui rentang nilai yang dapat diterima untuk setiap tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk menafsirkan data laboratorium dengan lebih percaya diri. Protokol ™ TrueQC Heska yang  berpola setelah Pedoman ASVCP dan termasuk proses untuk melaksanakan program QC sederhana dan dapat diandalkan yang memvalidasi faktor penting yang melekat untuk pengujian di rumah sakit. Pengujian QC harian sejalan dengan praktek laboratorium standar dan memberikan kepastian dan validasi hasil laboratorium yang akurat.
Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath termasuk menjalankan materi QC harian pada awal setiap hari, sebelum setiap sampel pasien yang dijalankan. ini sederhana protokol memastikan kinerja optimal dari analisa, reagen, dan operator, dan memberikan keyakinan sepenuhnya pada hasil.
2.2.3        Post Instrumentasi
1.      Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati
2.      hasil pemeriksaan dicetak
3.      hasil pemeriksaan pada data pasien  dicatat pada log book

2.3      Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
1.      Kalibrasi secara otomatis setelah pemeriksaan sampel
2.      Hasilnya cepat 
3.      Akurat
4.      Fleksibel karena wadah sampel bisa disesuaikan dengan kondisi.
5.      Mencakup elektrolit, hematokrit, dan gas darah.
6.      Hasil pmeriksaan sudah diklasifikasikan dalam keadaan normal atau tidak sehinggan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
Kekurangan :
1.        Mahal
2.        Penggunaannya harus terus menerus
3.        Perawatan harus rutin dilakukan.



BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah diatas adalah sebagai berikut:
1.    Tujuan dari analisa gas darah adalah mengetahui fungsi jantung dengan pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis,selain itu Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa dan terakhir  Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach.
Pemeriksaan analisa gas darah dapat mengindikasikan penyakit Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik, dema pulmo, pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) , Infark miokard, Pneumonia.
Faktor yang mempengaruhi analisa gas darah anatara lain : gelembung udara, antikoagulan, metabolisme, dan suhu.
2.    Hal yang harus diperhatikan dalam pra instrumentasi yaitu pengambilan sampel/ sampling, alat, dan reagen.
Pada proses pengerjaan sampel yang harus diperhatikan adalah standar operasional prosedur yang meliputi sampel, quality control, dan kalibrasi.
Sedangkan pada pasca instrumentasi hal yang harus diperhatikan adalah pengolahan data.
3.    Kelebihan dari analisa gas darah jenis Vitalpath adalah kalibrasi secara otomatis setelah pemeriksaan sampel, hasilnya cepat, akurat, fleksibel karena wadah sampel bisa disesuaikan dengan kondisi, mencakup elektrolit, hematokrit, dan gas darah, dan hasil pmeriksaan sudah diklasifikasikan dalam keadaan normal atau tidak sehinggan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Sedangkan kekurangannya adalah mahal, penggunaannya harus terus menerus, perawatan harus rutin dilakukan.
3.2         Saran
Dalam pemeriksaan analisa gas darah harus diperhatikan pre instrumentasi, proses pemeriksaan dan pasca instrumentasi agar didapatkan hasil yang akurat.


DAFTAR PUSTAKA




2 komentar: